Selasa, 12 Januari 2010

DI JENDELA MATAMU KU LIHAT EMBUN

Ketika kau menyapaku pagi-pagi
aku baru selesai membenahi mimpi
lewat kisi jendela ku lihat embun
mengembang di pelupuk matamu : Sendat
bahumu sesekali berguncang menahan banjir
hanya tarikan bibirmu tak mampu menyembunyikan luka
barangkali dadamu demikian sesak menahan prahara
yang setiap saat bakal melanda pertemuan kita.

Pelan ku tutup jendela
agar tak kulihat tangis pecah dibibir cakrawala
agar tak ku dengar lolong serigala memanggil purnama
ku tekan pintu rapat-rapat
agar aku tak terhanyut kedalam pusaran
gelombang tubuhmu menggelora.

Aku terduduk di pojokan,
kakiku gemetar menahan badai yang menggema di kepala
Adikku, keluhku pelan
kita cukupkan sampai disini
jangan rapatkan perahu yang kita nahkodai
agar kita tidak terbalik
menenggelamkan semuanya.

Masih tersisa isak ketika kau menyeret langkahmu pergi
menghiasi malam pekuburan sepi.

Januari 11. 2010

PRINT AD

Add caption ...