Selasa, 05 Januari 2010

HARI PENGHABISAN


Nafasku berkejaran menanti fajar
kegelapan sepanjang hari membuatku sesak
bilur-bilur pelangi nanar
kelopak mata
semalaman lembab mengalirkan keluh
sesal berkepanjangan bagai awan
mengapung
terbang kemana angin bertiup
di daunan runtuh berserak
perlukah sesal kalau senantiasa kembali ke awal ?

Ku tengok ke belakang jalanan
tajam berkelok tebing
aku tlah hampir sampai di ujung pendakian
akankah ku berhenti dengan bekal sesal
memberati langkah kaki ?

Andai bisa ku kosongkan rongga ini
aku akan berlari dengan bungah
menyambut hari penghabisan dengan mata terpejam
dan senyum tersungging di pelukan
tanganMU
tergantung di awang
Wung
.

Jelang Dini Januari 4.

TAHUN BARU

Ketika bunyi mercon memecah keheningan
ketika kembang api menghias hitam malam
ku termenung menatap usia tanggal
satu
hilang terlewat sudah usiaku didera waktu
di batas cakrawala yang kian dekat penghabisan
tak ku tahu apa makna melakukan perjalanan
masa silam bagai kejapan mata ketika kantuk tiba
terbangun saat mimpi terlepas dari tidur yang jaga
aku tak kuasa mengulang
dari mula
segalanya mengalir begitu saja
ke muara.

catatan tahun baru 2010

CATATAN AKHIR, AWAL TAHUN

Dengan penuh debar ku masuki beranda rumahmu
seperti pernah ku kenal namun serasa asing
pertemuan ini akan menjadi awal
     akhir sebuah penantian
perjumpaan yang menjadi akhir
     awal sebuah impian
keraguan yang dalam menggayut kakiku
gemetar tuk meneruskan langkah
sebuah kepastian harus ku dapatkan.

Ku mantapkan langkah tuk mengakhiri
lantas mengawalinya dengan sesuatu
yang tak ku tahu
jawabnya.

jelang tahun baru 2010

PENDOPO SEPI, SORE HARI

Senja mulai turun menjemput kegelapan,
aku beranjak ke halaman pendopo yang sepi
barangkali aku harus berdiri disini agara terlihat
dan ada yang mampir walau sekedar menyapa atau
sedikit ngobrol, berbagi cerita mengisi kekosongan hari
haruskan ku panggil dan bangunkan penghuni pendopo ini
agar mereka tidak terbuai dengan mimpi ?

Pendopo ini telah terkurung kabut
disisi-sisi gunungan tlah tumbuh lumut
ku rangkai melati di kanan-kiri persembahanku
menjelang gelap menyelimuti sekelilingku.

Pelan ku langkahkan kaki sambil melantunkan puisi
bagi hari-hariku kosong berselimut sepi
tanganku gemetar meraba dindingMu
bagai nyanyian gaib yang menggema menyelusuri lorong waktu
dan tatapankupun luruh tak kuasa memandangMu
di lantai itu, segelanya tergelar begitu saja tanpa ku mampu
tuk menghapusnya,
betapa wajahku terpampang dengan coreng-moreng
jelaga tak mampu menyembunyikan lututku gemetar
hingga ku bersimpuh, bersujud mohon ampunan
yha Allah,
       aku berserah
              memanjat dindingMu
                     dengan penuh pasrah
                     ku tanggalkan
              segala yang ada padaku
       telanjang
mencumbuMu.

Aku menggigil dalam hening sepiku.

desember 24, 2009

MALAM 1 SURO (monolog sepi)

Ketika malam tlah sampai ke tengah dan kegelapan
       mencapai puncak
              keheningan
                     tanpa swara tanpa sapa
       kehenengan
               tanpa rasa tanpa rupa
                    segalanya tiada tapi ada
                         tak berupa tapi nyata
                              tak berkata tapi gaungnya
                                   memenuhi segala penjuru angkasa
Yha Allah... aku berserah
bersimpuh di kaki-kakiMu dengan segala kekurangan
aku malu menatapmu dengan pakaian compang-camping
penuh debu
tapi ku ingin memelukmu dan terus
memelukmu
dengan segala kerinduan dan kemesraan yang ada padaku
dengan ketulusanku yha Allah...
tanpa lipstik dan maskara kupersembahkan kepadaMu
apa adanya.

malam satu suro dua ribu sembilan

PRINT AD

Add caption ...