Jumat, 31 Desember 2010

FAJAR BARU

Awan yang menggantung di wajahmu
berarak menuju peraduan
geraknya yang perlahan
menyingkap tabir pagi yang mencoba bangkit
dari ufuk malam
desahnya
begitu lembut seakan takut
menggoyang embun yang menggayut
di daunan
engkau tersenyum di balik kabut
mengurai kemesraan yang hampir hilang menapaki
ujung rambutmu
merambati waktu dengan menunggu sampai kapan
waktu berlalu
harapan
kesetiaan dalam kesia-siaan
merampas usia matahari yang tlah lewat
sepenggalah
bangunlah dari mimpi bahwa esok
adalah fajar baru di senja usiamu.

jelang pergantian tahun 2010 - 2011

Rabu, 29 Desember 2010

BULAN DI MATAMU

                                          : sajak alit buat Hevi Anugraheni

Aku tersenyum ketika kabut kian menipis dan bulan
menebar bias di wajahmu
riak keceriaan menebar aroma bunga 
semoga senantiasa terjaga lantas melahirkan kata
kata yang telah lama hilang
ditelan kemuraman bumi terkasih
menggugurkan kerindangan daun musim kemarau
dan ketika gerimis turun dari timur
engkau tengadah dan menjulurkan tangan ke angkasa
membisikkan kata bagai mantera
"Turunlah hujan yang bakal membawa badai
bagi hari-hariku yang muram tanpa gejolak.
Wahai gemuruh dalam debar, lama engkau tak berkabar
menggerus kesendirianku dalam kesepian yang panjang
bagi malamku tanpa derik angkup nangka dan desau angin
di wuwungan
ku basuh wajahku dengan gemintang agar tampil bulan
di mataku
aroma bunga rangkaian kata akan terus ku jaga
agar hati ini sanantiasa basah oleh cinta dan tidak menjebakku
dalam kecengengan buta."

Semoga gerimis itu bakal menyemaikan kembali puisi
di hatimu.

Jakarta 20 agustus 2010 seusai membaca statusmu.

Selasa, 28 Desember 2010

MATAHARI

                                                        : catatan ultah Kharisma Sari

Datanglah matahari
bagi pagiku yang datang pergi
smoga senantiasa menyinari
dalam balut kehangatan
dan sejuknya embun dini hari.

Tlah lewat matahari sepenggalah
aku harus mulai berbenah bagi pagiku yang hampir ke tengah
merenda harap dan kenangan dalam satu ikatan
untuk bekal melangkah jauh ke depan.

Aku harus memulai
melewati parit-parit basah dan genangan
kerinduan pada bunga setangkai yang tertanam
dalam rumahku yang sarat kehangatan.

Langkahku jangan sampai terhenti
saat keharuan menyelimuti ruangku
ku genggam sebagai alasan kepergiaan
mengolah harapan yang lama tergantung
di sudut ruangan.

Usiaku tlah cukup untuk berdiri
walau tertatih langkahku harus mulai
agar aku tak terlena dalam peluk kencana
yang tumbuh di halaman rumaku.

Kini kususuri jalan matahari
teriknya menghangatkan nafasku
dan keringat yang mengalir adalah
wujud hasrat yang ku ukir.

desember 28, 20101

TELENGING SAMUDRO

Ada kegelisahan mengendap
saat malam berselimut gelap
aku tak ingin berhenti berharap
kerna pagi bakal menyingkap tirai kabut
dan memekarkan kembang
dalam balutan embun yang berkilau
ditimpa sinar mentari.
Dan kegelisahan hanyalah bayangan ketakutan
gelombang laut beriak di permukaan
tenang diam di kedalaman.

Harapan yang berlebih hanya menumbuhkan kesakitan
kerna harapan adalah bayangan keindahan
menggantung di awan
melenakan kesadaran
kerna kenyataan harus diraih dengan tetes keringat
dan kesungguhan tekat mewujudkan impian
maka yang teraih adalah kenyataan
erat dalam genggaman.

Tataplah ke depan
di ujung pandang ada laut ada awan
cakrawala dan fatamorgana menipu mata
kerna hidup senantiasa harus waspada
bahwa hakekat hidup ada di kedalaman
susuhing angin ana ing telenging samudro
dimana kita harus menyelam dan menemu kesejatian
dalam kediaman pancering ratri
nunggal nyawiji
ora mosik ing kadonyan
       ora mosik ing kahanan
              sidem premanem manembah
                            sumeleh ing pasrah
                     tumuju ing rah
              yaiku rat
       kang dzat
anglimput jasad.

Yang nanmpak di permukaan melenakan
bayangan keindahan dengan berbagai imbalan menggiurkan
serangkaian upacara tanpa mengerti makna
menghafal ayat bagai menemu jimat
dan rentetan doa bagai perhitungan matematika.

"Sejatining ngelmu ana ing laku
dumununge ana ing Rahsa, dudu mustaka
umuk lan bonggo kuwi sio-sio
muspro bareng katiup bayu
ora ana aji kang isa diugemi merga ngetung wiji
kang sinebar kanthi sesumbar
bebengokan kanthi pangku tangan
driji tengen ngetung tasbeh driji kiwa nggegem pamrih
alok wewadi liyan tan ndelok githok dewekan
waleh-waleh mingkem tangan nang mburi ambebagi
nutup kekurangane liyan kanthi bebrayan
tan luwih tan kurang tanpo petungan
adedasar keikhlasan tumrap liyan
kita sadremi titah sawantah
raja brana ugi nyawa amung titipan
tan perlu digegem merga wedi kelangan
tan perlu disimpen merga wedi kaliran
merga kabeh kuwi dudu milik kita kang sawektu-wektu
bakal di pundut bali
sing perlu kita lampahi
nrepke titipan amrih mbejaji tumrap liyan."

Aku tercenung di ujung malam yang hampir menguak pagi
fajar baru bagi kesadaranku
saat kegelapan hampir menerkamku.

lewat tengah malam menuju pagi 28 desember 2010

Senin, 27 Desember 2010

PENDOPO UNSTRAT

 Aku menatap nanar pendopo yang kini kian pudar
keriuhan sore hari dengan teriakan dan gerakan
kini tak ada lagi
lantaipun kusam kerna tak pernah terinjak kaki
lantas ku gores-goreskan jemari di pelataran
agar yang lewat melihat ada jejak kehidupan disini
agar membangunkan penghuninya dari mimpi
bahwa pendopo ini menyimpan cerita panjang
yang kini telah menjadi usang.

Kuteriakkan beberapa bait kata pada saudaraku
mari kita reruri pendopo ini yang pernah membesarkanku
membesarkanmu, membesarkan kita
dalam sebuah pergulatan yang tiada henti
tiang-tiang harus segera ditegakkan
dan berdiri dalam satu ikatan gunungan.

Ulurkan tanganmu saudaraku, bergandengan
menyatukan langkah dan arah anak panah
membidik matahati yang gelap tersembunyi di balik awan  karang
dan menutup jalan ke depan.

Saudaraku, yang engkau genggam hanyalah fatamorgana
panas udara dan kehausan mengaburkan pandang kesadaranmu
usap matamu dan tatap ke depan
jalan masih luas membentang dan tujuan masih jauh dari jangkauan.



jelang tahun baru 2010

MAZMUR

* catatan buat Nury Any

Sinar itu kembali meredup
saat bunga mulai kuncup
ruangkupun kuyup
saat rindu kian meletup.

Ketika semuanya jadi kabur
lembar kasihku terkubur
dalam nyanyi mazmur
jiwaku pun terhibur.

Semuanya ku biarkan mengalir
dalaam deras arus air
begitu saja bergulir
menuju akhir.

@ Mazmur : ayat yang berisi respons manusia terhadap kasih Allah dalam berbagai situasi

dini hari 26 desember 2010 

UPACARA

Dengan mengeja namaMU
aku terus menyeru
agar bangkit kesadaranku
bahwa Engkau adalah kebutuhan
dan kewajiban-kewajiban yang kita jalani
hanyalah keberaturan sebuah upacara
tanpa kita tahu makna
dan langkah kaki yang ku ayun bukanlah
serangkaian perhitungan
melainkan arah menuju alam
kelanggengan.

seusai kehadiran Kristus 2010, dini hari

DETAK

Akhirnya akupun harus berhenti berharap
kerna langkahku bakal tak sampai
tanganpun gagal menggapai
disini
dalam derap nafas tersenggal
akupun terus berjalan mengikuti air
menuju hilir
tanpa beban mimpi
menggantung di awan.


Akupun berbalik arah menuju pasrah
sumarah
menelusuri bait-bait mantra tanpa logika
ku biarkan segalanya mengelana
melewati samudro cahyo moyo-moyo
tejo sumunar
ginelar
kawedar
tan winatestan kiniblat
salebeting Rat.


Ku buka mata
semuanya tiada.


saat menunggu kehadiran Kristus 2010

Jumat, 24 Desember 2010

JALAN PULANG

Setetes luka yang mengalir
ku hirup sejuknya
di ufuk cakrawala awan berarak
mengembang kepak
smaradhana menyisir wuwungan
malam kian terbenam.


Angkup nangka nglangut nembang
menembus kesunyian mengisi kegelapan
sang pengembara tertatih-tatih
meniti jalan pulang.

Nopember 11, 2010

HARAP

Betapapun tangan tlah ditautkan
Ia ada di luar jangkaun
dan jarakpun kian terbentang
berbatas awan dan lautan
Aku terus berdiri menunggu angin
membawamu ke tepi
di ufuk matahari
Jakarta, des 14 dinihari 2010

PRIT GANTHIL

Ku kenang gelora tubuhmu dalam sebaris nyanyian
menggema dalam ruang waktuku
saat malam menusukkan jemarinya, engkau mendesah
seperti elusan angin di pucuk cemara
nafasmu membara
menghanyutkan nadiku mendaki puncaknya.

Wahai keheningan tak tersapa
tlah ku tanam masa depanku dalam wangi cempaka
menumpahkan kerinduan dengan genderang
menghentak segala sendi segala sepi
membasahi selimut kasihku yang robek
disana-sini.

Inikah wujud kegalauanku yang lama terpendam
bagai bendungan yang tak kuasa menampung beban
banjir bandang menghantam semua tatanan.

Ku tatap gelombang tubuhmu yang kini diam
bagai kediamanku yang tak berujung awal
bagai garis buih yang menjilat tepian memanjang
hilang di kegelapan.

Butir keringat yang menetes kemarin
masih tersisa hangatnya
akankah kita kembali mula
menyelesaikan mimpi yang sekian lama tertunda.

Ku elus gelombang tubuhmu dengan nyanyi
Prit ganthil di siang hari.


dalam hening rawa kuning, jelang desember 15, 2010

Rabu, 01 Desember 2010

SANG PENGABDI

                       hormat takzimku buat sang juru kunci : mBah Maridjan

Engkau sambut kepergian dalam luruh sujud
mencium kening bumi saat balutan bara merenggut nafasmu
engkau tetap adem mengemban titah
tanpa kesah menjunjung sembah
bagi pengabdian tanpa batas kau lewati cakrawala
dalam ngungun doa
wujud bakti kasihmu pada giri merapi siti pertiwi
menyatu dalam diri.

Selamat jalan Sang Pengabdi Sejati
kepergianmu tlah membukakan mata kami
bagaimana mengisi hidup menjadi lebih berarti.

jelang subuh 28 oktober 2010

PRINT AD

Add caption ...