Ku lihat gerimis di matamu
saat kau merenda kenangan
di beranda rumahku.
Matakupun berkabut
menorehkan jarum di sepanjang langkah
kepergianmu.
Jalan-jalanpun terasa asing
ada yang hilang di separo usiaku
barangkali luka ini terlampau manis
tuk dinikmati di usia senja.
Selamat malam adikku,
walau badan penuh luka kita senantiasa
mengelusnya seakan esok
bakal tampil purnama dari nyanyi luka.
Saat anak-anak tertidur dengan mimpi
kitapun asyik merajut sepi.
April 12, 2010
Inilah wujud kegagalan yang aku raih, kegagalan yang senantiasa akan aku ikuti dengan kegagalan berikutnya
Rabu, 19 Mei 2010
PERBATASAN
Diperbatasan itu, maut menantiku
dengan senyumnya yang ramah
menggelayut ujung-ujung rambutku
yang memutih ditelan waktu.
Masih sempat ku cumbu sepi
di sela lanhkahku yang kerap terhenti
mestinya ku letakkan semua
disini
benih tanaman janganlah jadi beban
kerna garis edar pasti terlewati
betapapun lamban waktu menyemuti.
Pada akhirnya aku harus kembali
menyusuri langkah
sendiri.
April 30 jelang dini 2010
dengan senyumnya yang ramah
menggelayut ujung-ujung rambutku
yang memutih ditelan waktu.
Masih sempat ku cumbu sepi
di sela lanhkahku yang kerap terhenti
mestinya ku letakkan semua
disini
benih tanaman janganlah jadi beban
kerna garis edar pasti terlewati
betapapun lamban waktu menyemuti.
Pada akhirnya aku harus kembali
menyusuri langkah
sendiri.
April 30 jelang dini 2010
Langganan:
Postingan (Atom)
PRINT AD
Add caption ...
-
Aku ketuk pintu pagi-pagi ketika jendela belum membuka matanya serumpun mawar berselimut embun di kelopaknya "selamat pagi adikku, ...