Jumat, 31 Desember 2010

FAJAR BARU

Awan yang menggantung di wajahmu
berarak menuju peraduan
geraknya yang perlahan
menyingkap tabir pagi yang mencoba bangkit
dari ufuk malam
desahnya
begitu lembut seakan takut
menggoyang embun yang menggayut
di daunan
engkau tersenyum di balik kabut
mengurai kemesraan yang hampir hilang menapaki
ujung rambutmu
merambati waktu dengan menunggu sampai kapan
waktu berlalu
harapan
kesetiaan dalam kesia-siaan
merampas usia matahari yang tlah lewat
sepenggalah
bangunlah dari mimpi bahwa esok
adalah fajar baru di senja usiamu.

jelang pergantian tahun 2010 - 2011

Rabu, 29 Desember 2010

BULAN DI MATAMU

                                          : sajak alit buat Hevi Anugraheni

Aku tersenyum ketika kabut kian menipis dan bulan
menebar bias di wajahmu
riak keceriaan menebar aroma bunga 
semoga senantiasa terjaga lantas melahirkan kata
kata yang telah lama hilang
ditelan kemuraman bumi terkasih
menggugurkan kerindangan daun musim kemarau
dan ketika gerimis turun dari timur
engkau tengadah dan menjulurkan tangan ke angkasa
membisikkan kata bagai mantera
"Turunlah hujan yang bakal membawa badai
bagi hari-hariku yang muram tanpa gejolak.
Wahai gemuruh dalam debar, lama engkau tak berkabar
menggerus kesendirianku dalam kesepian yang panjang
bagi malamku tanpa derik angkup nangka dan desau angin
di wuwungan
ku basuh wajahku dengan gemintang agar tampil bulan
di mataku
aroma bunga rangkaian kata akan terus ku jaga
agar hati ini sanantiasa basah oleh cinta dan tidak menjebakku
dalam kecengengan buta."

Semoga gerimis itu bakal menyemaikan kembali puisi
di hatimu.

Jakarta 20 agustus 2010 seusai membaca statusmu.

Selasa, 28 Desember 2010

MATAHARI

                                                        : catatan ultah Kharisma Sari

Datanglah matahari
bagi pagiku yang datang pergi
smoga senantiasa menyinari
dalam balut kehangatan
dan sejuknya embun dini hari.

Tlah lewat matahari sepenggalah
aku harus mulai berbenah bagi pagiku yang hampir ke tengah
merenda harap dan kenangan dalam satu ikatan
untuk bekal melangkah jauh ke depan.

Aku harus memulai
melewati parit-parit basah dan genangan
kerinduan pada bunga setangkai yang tertanam
dalam rumahku yang sarat kehangatan.

Langkahku jangan sampai terhenti
saat keharuan menyelimuti ruangku
ku genggam sebagai alasan kepergiaan
mengolah harapan yang lama tergantung
di sudut ruangan.

Usiaku tlah cukup untuk berdiri
walau tertatih langkahku harus mulai
agar aku tak terlena dalam peluk kencana
yang tumbuh di halaman rumaku.

Kini kususuri jalan matahari
teriknya menghangatkan nafasku
dan keringat yang mengalir adalah
wujud hasrat yang ku ukir.

desember 28, 20101

TELENGING SAMUDRO

Ada kegelisahan mengendap
saat malam berselimut gelap
aku tak ingin berhenti berharap
kerna pagi bakal menyingkap tirai kabut
dan memekarkan kembang
dalam balutan embun yang berkilau
ditimpa sinar mentari.
Dan kegelisahan hanyalah bayangan ketakutan
gelombang laut beriak di permukaan
tenang diam di kedalaman.

Harapan yang berlebih hanya menumbuhkan kesakitan
kerna harapan adalah bayangan keindahan
menggantung di awan
melenakan kesadaran
kerna kenyataan harus diraih dengan tetes keringat
dan kesungguhan tekat mewujudkan impian
maka yang teraih adalah kenyataan
erat dalam genggaman.

Tataplah ke depan
di ujung pandang ada laut ada awan
cakrawala dan fatamorgana menipu mata
kerna hidup senantiasa harus waspada
bahwa hakekat hidup ada di kedalaman
susuhing angin ana ing telenging samudro
dimana kita harus menyelam dan menemu kesejatian
dalam kediaman pancering ratri
nunggal nyawiji
ora mosik ing kadonyan
       ora mosik ing kahanan
              sidem premanem manembah
                            sumeleh ing pasrah
                     tumuju ing rah
              yaiku rat
       kang dzat
anglimput jasad.

Yang nanmpak di permukaan melenakan
bayangan keindahan dengan berbagai imbalan menggiurkan
serangkaian upacara tanpa mengerti makna
menghafal ayat bagai menemu jimat
dan rentetan doa bagai perhitungan matematika.

"Sejatining ngelmu ana ing laku
dumununge ana ing Rahsa, dudu mustaka
umuk lan bonggo kuwi sio-sio
muspro bareng katiup bayu
ora ana aji kang isa diugemi merga ngetung wiji
kang sinebar kanthi sesumbar
bebengokan kanthi pangku tangan
driji tengen ngetung tasbeh driji kiwa nggegem pamrih
alok wewadi liyan tan ndelok githok dewekan
waleh-waleh mingkem tangan nang mburi ambebagi
nutup kekurangane liyan kanthi bebrayan
tan luwih tan kurang tanpo petungan
adedasar keikhlasan tumrap liyan
kita sadremi titah sawantah
raja brana ugi nyawa amung titipan
tan perlu digegem merga wedi kelangan
tan perlu disimpen merga wedi kaliran
merga kabeh kuwi dudu milik kita kang sawektu-wektu
bakal di pundut bali
sing perlu kita lampahi
nrepke titipan amrih mbejaji tumrap liyan."

Aku tercenung di ujung malam yang hampir menguak pagi
fajar baru bagi kesadaranku
saat kegelapan hampir menerkamku.

lewat tengah malam menuju pagi 28 desember 2010

Senin, 27 Desember 2010

PENDOPO UNSTRAT

 Aku menatap nanar pendopo yang kini kian pudar
keriuhan sore hari dengan teriakan dan gerakan
kini tak ada lagi
lantaipun kusam kerna tak pernah terinjak kaki
lantas ku gores-goreskan jemari di pelataran
agar yang lewat melihat ada jejak kehidupan disini
agar membangunkan penghuninya dari mimpi
bahwa pendopo ini menyimpan cerita panjang
yang kini telah menjadi usang.

Kuteriakkan beberapa bait kata pada saudaraku
mari kita reruri pendopo ini yang pernah membesarkanku
membesarkanmu, membesarkan kita
dalam sebuah pergulatan yang tiada henti
tiang-tiang harus segera ditegakkan
dan berdiri dalam satu ikatan gunungan.

Ulurkan tanganmu saudaraku, bergandengan
menyatukan langkah dan arah anak panah
membidik matahati yang gelap tersembunyi di balik awan  karang
dan menutup jalan ke depan.

Saudaraku, yang engkau genggam hanyalah fatamorgana
panas udara dan kehausan mengaburkan pandang kesadaranmu
usap matamu dan tatap ke depan
jalan masih luas membentang dan tujuan masih jauh dari jangkauan.



jelang tahun baru 2010

MAZMUR

* catatan buat Nury Any

Sinar itu kembali meredup
saat bunga mulai kuncup
ruangkupun kuyup
saat rindu kian meletup.

Ketika semuanya jadi kabur
lembar kasihku terkubur
dalam nyanyi mazmur
jiwaku pun terhibur.

Semuanya ku biarkan mengalir
dalaam deras arus air
begitu saja bergulir
menuju akhir.

@ Mazmur : ayat yang berisi respons manusia terhadap kasih Allah dalam berbagai situasi

dini hari 26 desember 2010 

UPACARA

Dengan mengeja namaMU
aku terus menyeru
agar bangkit kesadaranku
bahwa Engkau adalah kebutuhan
dan kewajiban-kewajiban yang kita jalani
hanyalah keberaturan sebuah upacara
tanpa kita tahu makna
dan langkah kaki yang ku ayun bukanlah
serangkaian perhitungan
melainkan arah menuju alam
kelanggengan.

seusai kehadiran Kristus 2010, dini hari

DETAK

Akhirnya akupun harus berhenti berharap
kerna langkahku bakal tak sampai
tanganpun gagal menggapai
disini
dalam derap nafas tersenggal
akupun terus berjalan mengikuti air
menuju hilir
tanpa beban mimpi
menggantung di awan.


Akupun berbalik arah menuju pasrah
sumarah
menelusuri bait-bait mantra tanpa logika
ku biarkan segalanya mengelana
melewati samudro cahyo moyo-moyo
tejo sumunar
ginelar
kawedar
tan winatestan kiniblat
salebeting Rat.


Ku buka mata
semuanya tiada.


saat menunggu kehadiran Kristus 2010

Jumat, 24 Desember 2010

JALAN PULANG

Setetes luka yang mengalir
ku hirup sejuknya
di ufuk cakrawala awan berarak
mengembang kepak
smaradhana menyisir wuwungan
malam kian terbenam.


Angkup nangka nglangut nembang
menembus kesunyian mengisi kegelapan
sang pengembara tertatih-tatih
meniti jalan pulang.

Nopember 11, 2010

HARAP

Betapapun tangan tlah ditautkan
Ia ada di luar jangkaun
dan jarakpun kian terbentang
berbatas awan dan lautan
Aku terus berdiri menunggu angin
membawamu ke tepi
di ufuk matahari
Jakarta, des 14 dinihari 2010

PRIT GANTHIL

Ku kenang gelora tubuhmu dalam sebaris nyanyian
menggema dalam ruang waktuku
saat malam menusukkan jemarinya, engkau mendesah
seperti elusan angin di pucuk cemara
nafasmu membara
menghanyutkan nadiku mendaki puncaknya.

Wahai keheningan tak tersapa
tlah ku tanam masa depanku dalam wangi cempaka
menumpahkan kerinduan dengan genderang
menghentak segala sendi segala sepi
membasahi selimut kasihku yang robek
disana-sini.

Inikah wujud kegalauanku yang lama terpendam
bagai bendungan yang tak kuasa menampung beban
banjir bandang menghantam semua tatanan.

Ku tatap gelombang tubuhmu yang kini diam
bagai kediamanku yang tak berujung awal
bagai garis buih yang menjilat tepian memanjang
hilang di kegelapan.

Butir keringat yang menetes kemarin
masih tersisa hangatnya
akankah kita kembali mula
menyelesaikan mimpi yang sekian lama tertunda.

Ku elus gelombang tubuhmu dengan nyanyi
Prit ganthil di siang hari.


dalam hening rawa kuning, jelang desember 15, 2010

Rabu, 01 Desember 2010

SANG PENGABDI

                       hormat takzimku buat sang juru kunci : mBah Maridjan

Engkau sambut kepergian dalam luruh sujud
mencium kening bumi saat balutan bara merenggut nafasmu
engkau tetap adem mengemban titah
tanpa kesah menjunjung sembah
bagi pengabdian tanpa batas kau lewati cakrawala
dalam ngungun doa
wujud bakti kasihmu pada giri merapi siti pertiwi
menyatu dalam diri.

Selamat jalan Sang Pengabdi Sejati
kepergianmu tlah membukakan mata kami
bagaimana mengisi hidup menjadi lebih berarti.

jelang subuh 28 oktober 2010

Minggu, 14 November 2010

KEJUJURAN

catatan kecil buat sahabatku :Ind Ind Grissa

Jujur itu indah
jujur itu jalan keselamatan
memulailah segala sesuatu dengan kejujuran
tanpa kejujuran hidup kita hanya diisi dengan kepalsuan.
Jangan katakan kejujuran itu menghancurkan
yang menghancurkan itu ego kita
ego yang memuat bermacam nafsu
maka jujurlah dengan dirimu dan lihatlah
kamu akan melihat apa yang sesungguhnya terjadi.

Mari kita mencoba menengok ke dalam diri kita
apakah selama ini kita sudah jujur dengan diri kita
marilah kita melihat sesuatu tanpa prasangka
bagai mata seorang bocah yang polos dan bersahaja
maka hidup kita jadi bersih dan indah
jauh dari dendam dan kebencian.

Nopember 14, 2010

Jumat, 29 Oktober 2010

ABDI DALEM

Tubuh rentamu berselimut awan bara
berhembus dari utara membawa wangi kamboja
cempaka bunga tujuh rupa setanggi dupa
ngungun memanjat dinding cakrawala
gelombang prahara surut di peluk samudra

"Kalis ing Allah marga anteping manah
  manembah ngrungkepi lemah
  rah rah sunarah sadremi titah
  lumampah sumringah angsal bebingah
  sih Ing kawula manunggal
  sih Ing Gusti kang satunggal
  byar badar bumi kawedar
  babaring jalmi nunggal sawiji
  pangkoning Gusti pungkasaning bekti
  sedaya bali Ing dalem mukti
  ngrukti bumi pertiwi"

Terjaga aku dari mimpi ketika bumi
merengkuh jasadmu kembali menuju abadi
Ruh Suci.

seusai pemakaman, oktober 28 2010

Senin, 25 Oktober 2010

PERNIKAHAN

kado bagi sahabatku ; Joko Saputro & Erma Pratiwi

 

Mengawali hari mengarungi bahari
dalam biduk yang engkau nahkodai
arah tlah ditentukan dan engkau pembuat keputusan
janganlah sampai tertipu oleh angin buritan
pandai-pandailah engkau membacanya
kerna ia sahabat pengembang layarmu
ia juga penyesat laju langkahmu
engkaulah yang memainkan layar
ke arah mana perahu dibidikkan.

 

Selamat Menembuh Hidup Baru Sahabat

Oktober 25, 2010

Kamis, 21 Oktober 2010

HARIBAAN

Ada yang hilang dalam ruangku
setelah melewati limabelas musim kebersamaan
engkau pergi memenuhi panggilan
bagai pohon tercerabut hingga akar
meninggalkan kami dalam kesenduan
meninggalkan malam-malam berkabut
hembusan angin tlah menidurkanmu
dalam keabadian
dalam pangkuan Sang Pengasih
yang senantiasa menyayangi umatNya.

Yha putraku
perpisahan ini tlah menyatukan kami
betapa sangat berarti kamu dalam kehidupan kami
aku relakan kepergianmu menuju kedamaian
haribaan.

Selamat jalan.
selamat jalan
doaku menerangi jalanmu.

Oktober 21 tengah hari 2010

SURAT DALAM KABUT

                                          : kepada sahabatku keprihatinan ini saya buat

Ada tirai membagi jarak
bagai kabut yang mengendap dalam ruang dan waktu
jenguk dan berbagilah saat senja basah gerimis
kerna di ruang itu gigil rindu tersekat
oleh hembusan angin yang tak lagi mengusap
ia lewat begitu saja melintas wuwungan
tanpa saling menyapa.

( mereka hanya saling berharap
  dengan saling berpijak pada bumi sendiri
  tanpa upaya melangkahkan kaki
  merasakan indahnya berbagi )


Kenapa harus sembunyi di balik karang
laut menggelombang di pucuk-pucuk ombak
mengeluskan kegelisahan di pasir tepian
lantas tercipta buih di puncak kemesraan
menyurut perlahan
menyisakan riak-riak kecil
menyusur kedamaian.

( Bulan bulat di cakrawala
  lembut mencium kening samudra
  bias sinarnya menembus kelam malam
  temaram)

Hujan turun jelang pagi
mereka memeluk dinginnya sepi
menghembuskan keangkuhan seorang bocah
berebut mainan.

Oktober 21, dinihari 2010

Jumat, 15 Oktober 2010

MAGHRIB

Ketika hari mulai terang
sisa embun masih menempel di daunan
ku basuh muka dan kaki
agar mata kian awas menatap jalanan
dan kaki ringan melangkah
menujuMu.

Ketika bait-bait puisi bergema seusai maghrib tiba
aku bersimpuh di kakiMu
menumpahkan segala noda yang melekat di jubahku
ku seret dengan keponggahan semu
Sungguh, aku malu
kemana kan ku surukkan wajah ini di hadapanMu.

Andai bisa ku hapus jejak ini
dengan segala kerendahan kan ku lakukan
dengan langkah tertatih ku serahkan
badan ini seutuhnya.

Aku ingin pulang
saat maghrib mulai menjelang.

dinihari jelang sahur, agustus 28, 2010

Kamis, 14 Oktober 2010

SAHABAT

Barangkali kebencian tlah kau tanam di pelataran
tapi aku tidak
kita senantiasa berbeda cara bertanam
walau benih yang kita tebar sama
perbedaan itulah yang mengasyikkan
buat bertukar pandang dan mengenang
bahwa perpisahan bukanlah memisahkan jarak
bagi sebuah kebersamaan
segalanya harus terjalin tanpa beban
mengalirlah air menuju kerenadahan
dan kepala jangan kau dongakkan
kerna dalam kerendahan terletak ketinggian
dalam ketinggian terletak kerendahan
mari kita saling berjabatan sahabatku
saat usia sudah menunggu.

jelang tidur dini hari, oktober 10, 2010.

FRAGMEN PAGI

Hujan tengah malam membawa dingin
tampias
di tritisan wajahku basah kerinduan
bayang lorong sepi ngadisuryan
tembok tegak bisu dindingnya
terpahat remajaku
kusam berdebu
disini
pertama benih ku tanam
sedap malam dalam pingitan
pecah tangisnya
menghilir ke lautan.

Tembang kian nglangut menyisir wuwungan
dan derai daunan ditiup angin selatan
membuatku terhempas di tebing karang
gigilku menggelombang kenangan
pada bibir-bibir pantai yang memagutku penuh gairah
pada buih ombak yang berkejaran di punggung kegelapan
membuncah keremajaanku yang gagal
mengendapkan tarian perang.

Awan kian mengambang tersaput mendung
ku tatap jalanan yang kian berkabut sisa badai semalaman
aku harus melangkah berpantang untuk menyerah
aku harus jadi lelaki dimatamu dan disikapku
tlah ku tebar benih di ladangmu tak kan ku tinggalkan
walau kita tak tahu apa terbentang di depan.

Sinar mentari yang menembus sela daunan
terpantul di wajahmu yang menggantung senyuman
tak terlihat kegelisahan di matamu
walau embun sedikit mengembang.
Aku terhenyak ketika tangan mungilmu
memelukku dengan kecupan sambil mengalungkan
masa depanmu dalam dekapan.

Rabu, 25 Agustus 2010

TANGIS BOCAH

Sembilu terhunjam di keheningan
tangis bocah tengah malam
di puncak kelaparan
Duh, gemanya
bagai lolong serigala merindukan purnama.

jelang sahur 25 agustus 2010

NYANYI DORNA

Barangkali ini suatu kehancuran atau
barangkali sebuah keberhasilan
bayang-bayang Yudas senantiasa mengikuti langkahku
haruskah aku menjadi Yesus baru
yang menerima langkah Yudas
dalam perjamuan suci.

Entah berapakali badai menghantam
aku senantiasa memaafkan
ketika engkau memaku tanganku di penyaliban
tangan ini aku ulurkan
menuju bukit dengan beban salib aku terima
sebagai jalan.

Kini aku bangkit menyandang luka
kerna kemanusiaanku juga
dan penyesalan yang engkau dengungkan
adalah nyanyi durna di padang kembang
dan tembang kumbang di halaman
menjelma tanaman yang menghunjam
akar senantiasa menumbuhkan tunas baru
yang bakal melindungiku dari terik matahari.

Kebangkitanku di hari ketiga adalah nafas
bagi hari baruku yang mulai tunas
melintasi bukit-bukit menghadang angin
yang senantiasa engkau hembuskan
merintangi langkahku yang kini kian ringan
melintas badai lautan.

Kini nyanyi Durna bagai gema memantul dinding
dimana kebimbangan Arjuna telah sirna
terkikis angin tenggara membentang panah diatas kereta
empat kuda bersais Kresna mengawali perang padang Kuru
darah kita bakal tertumpah disana.

Adikku,
kini kita saling berhadapan dengan pedang
mempertaruhkan keyakinan yang kita pegang
ketika hari menjelang petang.

4juni-25agustus 2010

A K A R

Gerimis yang turun sisa hujan kemarin
membasahi hari-hariku, dinginnya
menusuk kerinduaku pada bait
bait mimpi yang senaantiasa aku sulam
menjelang turunnya sepi.

Ku koyak sedikit kenangan
pada perjalanan kemarin meniti luka
manisnya masih bersisa
ingin ku hirup dalam-dalam darah ini yang senantiasa
meneteskan kekaguman
pada akar yang menghunjam
saat badai menghantam.

Adikku,
masih tersisakah mimpi silammu
yang senantiasa engkau lantunkan
di jelang tidurmu ?

awal juni dini hari 2010

Rabu, 19 Mei 2010

NYANYI LUKA

Ku lihat gerimis di matamu
saat kau merenda kenangan
di beranda rumahku.

Matakupun berkabut
menorehkan jarum di sepanjang langkah
kepergianmu.

Jalan-jalanpun terasa asing
ada yang hilang di separo usiaku
barangkali luka ini terlampau manis
tuk dinikmati di usia senja.

Selamat malam adikku,
walau badan penuh luka kita senantiasa
mengelusnya seakan esok
bakal tampil purnama dari nyanyi luka.

Saat anak-anak tertidur dengan mimpi
kitapun asyik merajut sepi.

April 12, 2010

PERBATASAN

Diperbatasan itu, maut menantiku
dengan senyumnya yang ramah
menggelayut ujung-ujung rambutku
yang memutih ditelan waktu.

Masih sempat ku cumbu sepi
di sela lanhkahku yang kerap terhenti
mestinya ku letakkan semua
disini
benih tanaman janganlah jadi beban
kerna garis edar pasti terlewati
betapapun lamban waktu menyemuti.

Pada akhirnya aku harus kembali
menyusuri langkah
sendiri.

April 30 jelang dini 2010

Kamis, 25 Maret 2010

DATANGLAH WAHAI

Kegamanganku pada mimpi malam
sepi
mentautkan tabir kerinduan yang lama
ku tinggalkan
dalam pertemuan resia bersama
dibawah bentangan kabut cahya kasihmu
lirih memanggil
sedemikian lirih
hingga terdengar galau gelisahku.

Wahai kenbalilah
kidung yang senantiasa ku dendangkan
saat meniti sepi bersamamu.

Aku ingin pulang
menyusuri keterasingan bau tubuhmu
menggemerlap mimpi
tanpa beban memenuhi dada
tanpa kegelisahan menghuni kepala
dalam kekosongan Wung
menemu Nur pijarMu.

Datanglah wahai,
kesunyian abadi
menghuni ruangku
menjelang mati.


memasuki sepi 27 Maret 2010

LURUH SUJUDKU

Aku semakin jauh dariMu
seiring detak waktu
memburuMu
tak ada getar dalam debar, sungguh
aku tak sabar
menelusuri lorong waktu tak berpintu
luruh sujudku.

Dinding ini menghambat langkah
serangkaian logika dan dogma
tak jua menyentuhMu
aku menggeliat
melepas semua jubah di hadapanMu
kerna ku ingin menemu yang tlah hilang
dalam ruangku, yha Allah
berat kaki ini melangkah
dengan beban jarak ada di pundak.

26 maret 2010

Selasa, 23 Maret 2010

LUKISAN SENJA

Ada sedikit kegelisahan pada bayang
bayang menusuk dinding
ruangku
penuh coretan membentuk sketsa
wajahmu
senyum tipis
mata berembun ingin ku selesaikan
dalam lukisan
torehan warna atau luka yg bakal menjelma
dalam pigura.

Kita menemu jalan simpang dengan menyandang beban
haruskah kita kembali kemula membawa mimpi remaja ?

Tidak adikku,
sebaiknya kita menekuni lorong waktu
yang mengantarkan kita pada arah yang berbeda
cukupkanlah cerita itu sebagai pemanis
mimpi kita
saat hari merambati senja.

tengah malam jelang 23, maret 2010

Senin, 01 Maret 2010

PASIR TEPIAN

Matahari yang engkau tanam di jemari
mengalirkan kerinduanku pada pasir
pantai diamku bergelora
menggapai-gapaikan tangan ke angkasa
meraih awan di cakrawala menyisakan buih
di tepian.

Ku kais-kaiskan kaki
barangkali ada sepotong awan tertinggal
di ujung buih yang terpantul, berkejaran
menghiasi sore-soreku di pasir
tepian.

Adikku,
biarkanlah yang masih bersisa mengisi celah
hari kita dalam kediaman langit
yang senantiasa biru
dalam tatap mata senjaku.

Sabtu, 20 Februari 2010

SEDAP MALAM


Sedap malam yang biasa aku kirim di ulang tahunmu
kini ku tanam di pekarangan hingga aromanya
merasuk mimpi
kubiarkan ia tumbuh berbunga sepi
berakar matahari
menghunjam hingga dasar bumi.

Dan malam ini ku kirim setangkai
saat usia kita hampir sampai
 
dinihari 19 februari 2010

Minggu, 17 Januari 2010

ANAK PANAH

Tak perlu takut dalam menghadapi hidup ini,
akan segala kecemasan dan ketakutan menghantui
kerna kecemasan adalah budi akal
pikir dan pertimbangan
membuahkan kebimbangan
kerna ketakutan memberati langkah
kerna ketakutan membelokkan arah
bagi kaki yang akan melangkah
maka tanggalkanlah
teruslah berjalan dengan satu arah bidikan
segala aral akan terselesaikan
kerna langkah kita adalah atas kehendakNya.
maka berserahlah
jalan kita akan ada dalam bimbingaNya.

17 januari dinihari 2010

RASA PANGRASA

Sugih iku dudu rojo brono
dudu bondo, dudu turonggo
Sugih iku cukup
ing samubarang
lan sugih iku ora melik
       yen isih melik iku isih kurang
              yen isih kurang iku  mlarat
                     yen mlarat banjur kere
anjejaluk ngiwa nengen ora ono cukupe
lali karo sing maringi
sugih mlarat anane neng ati
                       neng budi
               neng rasa
sajroning rasa
rumongso
ra ana sing luwih kajawi
kang Kuwasa.

catatan dini hari 17 januari 2010

Rabu, 13 Januari 2010

CATATAN BUAT SEORANG SAHABAT

Mengapa harus menangis mengantar kepergian,
kerna tangis menghanyutkan kepedihan
menjadikan beban bagi langkah menuju haribaan,
hapus airmata dan lantunkan doa
memanjati langit menerangi jalan
dan setanggi bunga akan menghiasi
jalan panjang menuju alam
Keabadian.

dini januari 12, 2010

Selasa, 12 Januari 2010

DI JENDELA MATAMU KU LIHAT EMBUN

Ketika kau menyapaku pagi-pagi
aku baru selesai membenahi mimpi
lewat kisi jendela ku lihat embun
mengembang di pelupuk matamu : Sendat
bahumu sesekali berguncang menahan banjir
hanya tarikan bibirmu tak mampu menyembunyikan luka
barangkali dadamu demikian sesak menahan prahara
yang setiap saat bakal melanda pertemuan kita.

Pelan ku tutup jendela
agar tak kulihat tangis pecah dibibir cakrawala
agar tak ku dengar lolong serigala memanggil purnama
ku tekan pintu rapat-rapat
agar aku tak terhanyut kedalam pusaran
gelombang tubuhmu menggelora.

Aku terduduk di pojokan,
kakiku gemetar menahan badai yang menggema di kepala
Adikku, keluhku pelan
kita cukupkan sampai disini
jangan rapatkan perahu yang kita nahkodai
agar kita tidak terbalik
menenggelamkan semuanya.

Masih tersisa isak ketika kau menyeret langkahmu pergi
menghiasi malam pekuburan sepi.

Januari 11. 2010

Minggu, 10 Januari 2010

DAUN GUGUR SATU

Kediamanmu menyimpan berjuta makna
                 kegalauan rindu
                  rentang waktu
                daun gugur satu
                        satu.

Mulutku terkunci menatap langit
buram
ku lihat matamu basah kerinduan
ku palingkan wajah tak ingin terhanyut gelisah
lantas ku hunjamkan belati
engkau terhenyak lantas berlari mendekap
prahara berkecamuk dalam dada.

Ku tatap kepergianmu dengan nyanyi serigala
mengoyak mimpimu tergantung di pelupuk mata
kecamuk badai bulan purnama.

Ku cium bau luka betapapun sakitnya
kulakukan demi kasihku pada buah cinta
yang ku tanamkan di padang para
dan demi sumpahku pada langit ku pegang
nafas surga
agar buah tanamanku senantiasa terjaga
di halamanku rumahku berpagar mantra.

Ku jaga buah tanamanku dari angan mimpi remaja
dan ku buka jendela pagi menabikkan salam
"Tak kan ku tinggalkan anak-anakku kerna ia titipan"

dinihari 7januari 2010

DALAM GELISAH MIMPI, KU TANAMKAN MELATI

Seandainya kita memaksakan pertemuan
barangkali halaman ini akan menjadi lautan
yang bakal menumpahkan mimpi-angan
dan kenangan
bakal mengalir dengan derasnya tanpa kita
mampu mencegahnya.

Ku hindari pertemuan ini
kerna kuyakini sebuah sikap yang ku tahu
kita belum sama-sama siap berhadapan
sebagai awan dan lautan
yang dipertemukan dalam tatap mata
lengkung cakrawala.

Kerna awan berselimut angan dan laut
menyimpan gelombang mimpi malam
maka kutikam jantungmu menembus
jantungku
agar luka ini menjadi pertanda bagi diri kita
bahwa disisi dan belakang kita adalah titipan
yang senantiasa harus kita jaga agar jangan sampai terluka
betapapun rapat kita menyembunyikannya.

Telah lewat lima purnama kau tak menyapaku
ku kirimkan mawar setanggi saat malam menyelimuti sepi
saat engkau tertidur dalam gelisah mimpi
kutanamkan melati di halaman agar wanginya
tercium dari beranda rumahmu lantas membangunkan mimpimu
bahwa pagi hari tlah menyambutmu dengan celoteh
kanak-kanak yang bersih dari prasangka.

Adikku,
tanamkanlah cinta dalam rumahmu, perwujudan cinta kita
kerna garis tlah kita buat dan salib ada di pundak
maka darah yang mengucur dari luka adalah
seteguk dahaga bagi domba-domba
menemu gembala.


dinihari sepuluh, jabuari 2010

GERIMIS TURUN MENJEMPUT MALAM

O, dahaga jiwaku
beri seteguk anggur darahmu agar mengalir
cinta
dari rahim kekasih
menuju muaraMu.

Entah berapa purnama meninggalkanmu
menyusuri lorong kota menghirup debu jalanan
membuatku bergairah lupa arah
gemerlap lampu dan gelimang tawa mengantarku
pada tanya
inikah yang ku cari
inikah yang membuatku berlari ?

Jalan-jalan kota penuh warna
aku terpesona lantas masuk kedalamnya
memanjati dinding cahaya dan remang gemintang
membuatku kian kehausan
tlah ku raih matahari dan ku genggam rembulan jiwaku
aku kelaparan
       aku kehausan
               aku meradang
                     ku hirup gedung
                            ku telan sampah
tapi dahaga  ini senantiasa memenuhi kepala.

Akupun kembali kepadamu dengan ragu
masihkah Engkau mau menerimaku ?

Hujan sore membuatku menggigil dihadapanMu
yang ku raih hanyalah gemerlap fatamorgana
aku merasa tak punya apa tuk ku persembahkan
ketika senja mulai turun mengatupkan matanya.

Dengan sendat ku tanyakan kepadaMu
masihkah kau mau menerimaku ?
(kau hanya tersenyum, tanpa sepatah kata)
diluar gerimis masih turun dan malam
kian rapat menyelimuti kegelapan.

dalam gerimis januari 3, 2010

Kamis, 07 Januari 2010

MALAM 1 SURO (menjelang pagi)

Ketika ku labuhkan jemari di pintuMu
engkau menggeliat
bagai perawan desa engkau berlari meninggalkan
kerling tajam dan senyuman
mengigit darah beliaku yang sedang menunggu
puncak gelora nafasmu.

Aku berdiri terpaku dengan berjuta tanya
menterjemahkan kepergianMu adalah jawaban
aku tahu pasti, tapi aku merasa sangsi
wahai adikku,
jangan biarkan kesendirianku dengan ombak lautan
angin yang engkau kirimkan ke wajahku adalah kehausan
deru nafasmu adalah ketenangan yang engkau endapkan
dalam bilik sepi
yang Ruri.

Adikku,
ketidak-tahuanku adalah sebuah kepastian yang harus
segera ku bulatkan
dalam langkah pasti dan tak akan pernah berhenti
di pangkuanMU, yha Allah
ku cumbu segala hasrat kerinduanku.

lewat satu suro dua ribu sembilan, dini hari

Selasa, 05 Januari 2010

HARI PENGHABISAN


Nafasku berkejaran menanti fajar
kegelapan sepanjang hari membuatku sesak
bilur-bilur pelangi nanar
kelopak mata
semalaman lembab mengalirkan keluh
sesal berkepanjangan bagai awan
mengapung
terbang kemana angin bertiup
di daunan runtuh berserak
perlukah sesal kalau senantiasa kembali ke awal ?

Ku tengok ke belakang jalanan
tajam berkelok tebing
aku tlah hampir sampai di ujung pendakian
akankah ku berhenti dengan bekal sesal
memberati langkah kaki ?

Andai bisa ku kosongkan rongga ini
aku akan berlari dengan bungah
menyambut hari penghabisan dengan mata terpejam
dan senyum tersungging di pelukan
tanganMU
tergantung di awang
Wung
.

Jelang Dini Januari 4.

TAHUN BARU

Ketika bunyi mercon memecah keheningan
ketika kembang api menghias hitam malam
ku termenung menatap usia tanggal
satu
hilang terlewat sudah usiaku didera waktu
di batas cakrawala yang kian dekat penghabisan
tak ku tahu apa makna melakukan perjalanan
masa silam bagai kejapan mata ketika kantuk tiba
terbangun saat mimpi terlepas dari tidur yang jaga
aku tak kuasa mengulang
dari mula
segalanya mengalir begitu saja
ke muara.

catatan tahun baru 2010

CATATAN AKHIR, AWAL TAHUN

Dengan penuh debar ku masuki beranda rumahmu
seperti pernah ku kenal namun serasa asing
pertemuan ini akan menjadi awal
     akhir sebuah penantian
perjumpaan yang menjadi akhir
     awal sebuah impian
keraguan yang dalam menggayut kakiku
gemetar tuk meneruskan langkah
sebuah kepastian harus ku dapatkan.

Ku mantapkan langkah tuk mengakhiri
lantas mengawalinya dengan sesuatu
yang tak ku tahu
jawabnya.

jelang tahun baru 2010

PENDOPO SEPI, SORE HARI

Senja mulai turun menjemput kegelapan,
aku beranjak ke halaman pendopo yang sepi
barangkali aku harus berdiri disini agara terlihat
dan ada yang mampir walau sekedar menyapa atau
sedikit ngobrol, berbagi cerita mengisi kekosongan hari
haruskan ku panggil dan bangunkan penghuni pendopo ini
agar mereka tidak terbuai dengan mimpi ?

Pendopo ini telah terkurung kabut
disisi-sisi gunungan tlah tumbuh lumut
ku rangkai melati di kanan-kiri persembahanku
menjelang gelap menyelimuti sekelilingku.

Pelan ku langkahkan kaki sambil melantunkan puisi
bagi hari-hariku kosong berselimut sepi
tanganku gemetar meraba dindingMu
bagai nyanyian gaib yang menggema menyelusuri lorong waktu
dan tatapankupun luruh tak kuasa memandangMu
di lantai itu, segelanya tergelar begitu saja tanpa ku mampu
tuk menghapusnya,
betapa wajahku terpampang dengan coreng-moreng
jelaga tak mampu menyembunyikan lututku gemetar
hingga ku bersimpuh, bersujud mohon ampunan
yha Allah,
       aku berserah
              memanjat dindingMu
                     dengan penuh pasrah
                     ku tanggalkan
              segala yang ada padaku
       telanjang
mencumbuMu.

Aku menggigil dalam hening sepiku.

desember 24, 2009

MALAM 1 SURO (monolog sepi)

Ketika malam tlah sampai ke tengah dan kegelapan
       mencapai puncak
              keheningan
                     tanpa swara tanpa sapa
       kehenengan
               tanpa rasa tanpa rupa
                    segalanya tiada tapi ada
                         tak berupa tapi nyata
                              tak berkata tapi gaungnya
                                   memenuhi segala penjuru angkasa
Yha Allah... aku berserah
bersimpuh di kaki-kakiMu dengan segala kekurangan
aku malu menatapmu dengan pakaian compang-camping
penuh debu
tapi ku ingin memelukmu dan terus
memelukmu
dengan segala kerinduan dan kemesraan yang ada padaku
dengan ketulusanku yha Allah...
tanpa lipstik dan maskara kupersembahkan kepadaMu
apa adanya.

malam satu suro dua ribu sembilan

Senin, 04 Januari 2010

B A L O N

Seorang bocah menangis
gagal menangkap matahari
yang dikiranya balon mainan
pemberian ibu dalam mimpi
si anakpun terus menanti
barangkali balon bakal kembali
di garis edar bumi.

september awal 1987

E M B U N

Antara sedusedan dan kenangan
aku bentuk impian
dari malam ke lain malam meneteskan
kegaiban
ketika pagi ku buka jendela
masih ku lihat tetes embun terakhir
jatuh membasahi rumputan
disitu aku mengaca
bias mentari kian mempercantik
wajahnya, duh...

agustus 25, 1987

BARANGKALI

Ada yang menggeletar dalam ruangku
                     entah siapa
bayang-bayang memantul di kaca jendela
                     sepi semata
barangkali degup jantung yang mengetuk dinding kamar
atau barangkali sebuah derap langkah yang tak pernah
beringsut dari tempatnya, hingga gema yang menyembunyikan
suara dari sumbernya.
Ada niatku untuk menjenguk siapa yang mengantarkan
debar setiap kali ku masuki gerbang sepiku senantiasa
mengantarku ke alam sepi sunya ruri.

Barangkali itu suara langkahmu
dengan malu-malu menguakkan tirai pada malam-malam
panjang berkabut,
ingin ku berdiang bersama melewati waktu
dengan dingin dinding yang saling terpisah.

Barangkali itu suaraku
yang begitu kental dengan mimpi hingga tak ku kenal wajah
atau barangkali...
Ya.

agustus 15, 1987

J E J A K

Kita sempat bimbang sejenak menatap kuda
kuda berlari di atas gelombang
dengan kaki berjingkat menginjak pasir
mengambang engkau bertanya : " Kanda,
haruskah kita menyisir angin selamanya
hingga senja mengatupkan nafasnya ?
Atau kita biarkan daun palma mengering
tanpa kita sempat merabukannya ?
Sementara kita melangkah kian jauh
dengan rambut basah, kita terus dibayangi
sangsi untuk menghapus setiap jejak.
Atau sebaiknya kita akhiri perjalanan lantas
berpisah arah dengan beban jarak dalam genggaman ?".
Pertanyaan itu terus mengiang sementara kami
masih terus berjalanan berdampingan tanpa
tegur tanpa berbagis sapa
( jejak itu masih tampak olehku
  kian lama kian menjauh tanpa aku
  merasa kehilangan)

tahun keenam jelang tujuh, tahun perjalananku - juni tengah, 1987

A I R

I.
Aku hanyalah seorang pejalan melintas padang
kehausan
seandainya sendang itu fatamorgana
akan ku hirup bayangan yang memantul
dalam keburaman kaca-kaca
( dan jiwaku bersemayan di dalamnya ).

II.
Tak ada air dalam sendang, aku kehausan
sekian lama ngembara menyebrangi padang bayang
air dan fatamorgana sama wujudnya hingga
tiap langkah bagai tetesan embun mengayuh harap
nafaspun luruh jarak tak tersentuh
butir keringat jadi obat bagi lelah dahaga
( sementara mata air dalam dada
  memenuhi rongga kepalaku ).

III.
Kerinduan adalah cakrawala
dimana batasnya fatamorgana
kehausan padang pada mata
air di puncak dahaga
" nDog pengamun-amun"

Juni 87 - Jan 2010

P O T R E T

Ku temui jajar pohonan menaungi jauh
beranda rumahmu lindung daunan, gemerisik
jemari bermain, meraba hulu kerisku kembangsetanggi
pertama Adam meniupkan suruknya di kelindungan taman
(wajah arif Bapaku mengintip dari balik jubahnya)
lautpun mengepak berputaran diatas rambutmu
                      samar gambaran
     Taman Eden menjelma bayang-bayang
aku kian jauh mengelana menempuh badai
gelombang tubuhmu yang membara membuatku terpesona
pada buih yang memerak di cakrawala
pada bias surya yang muncul seusai badai reda
pada kediaman hati yang saling bicara
barangkali yha,
lautpun membutuhkan gelombang di kedalaman diamnya
membutuhkan karang agar buih senantiasa terkembang
membutuhkan pantai bagi lidah-lidah nakal yang berkejaran
kerna laut bukanlah laut jika tak berbuih gelombang
dan aku,
bukanlah chochro tanpa bara dalam sekamnya.

juni 1, 1986

R E L U N G

Gugur bukanlah kekalahan melainkan kemenangan
yang terselesaikan sebelum saat(nya)
dan peluh darah yang tlah tertanamkan tumbuh
berkembang seirama denting pedang
bukan kemenangan yang mampu menghentikan pertempuran
kerna jantung(nya) koyak darah berserak
ketakberdayaan tlah dipaksa-kuasakan oleh kehendak
darahpun terus mengalir lewat nadi
                         mengalir lewat luka
                                 sama pedihnya
                 terbuka mata dalam buta
                 tertutup mata dalam jaga
bagi kemenangan Kristus bukan kerna Raja
melainkan kerna salib
di pundaknya.

mei 30, 1987

A R A H

I.
Aku harus memulai hidup dalam keberaturan
dari awal langkah yang menentukan
kerna bagaimanapun tujuan hanya bisa
ditempuh dengan jalan
betapapun berat untuk dilaksanakan
tapi kesadaran akan meringankan beban
dan jarakpun kian dekat dari jangkauan.

II.
Segalanya tlah dimulai
entah kapan kan sampai
tangan menggapai
Tuhan
beri aku pegangan
dalam meniti jalan.

III.
Beri aku sesuatu
sebelum terhenti langkahku.

Mei 10, 1987

G E T A R

Betapa sukar gerak dan diam dibedakan
kerna keterbatasan mata dan kata
manusia berdiri di luar jangauannya
hingga aku senantiasa dilanda tanya
tentang getar dan suara
haruskah aku menggetarkan suara
atau menyuarakan getar
di tiap langkahku ?.

mei 1, 1987

PRINT AD

Add caption ...