Jumat, 04 Desember 2009

LAUT

Aku yang gelisah menggapai dalam kediaman
adalah kerinduanku pada langit yang membentang
menaungi cintaku yang jauh terbenam dalam
fatamorgana.

Pelangi senja bagai kabut mimpi mempertemukan
angan-angan yang di rajut kelam
barangkali benar, sebuah penantian akan berakhir
dan pertemuan bagai cakrawala yang tertangkap mata
akankah cintaku bakal sia-sia.

Ombak terus bergerak mengejar bayangnya
mencumbu langit yang terpantul di kedalaman diamnya
barangkali aku,
menunggu langit runtuh kedalam pelukan samudra
tanpa aku merasa sia-sia betapapun langit
kian jauh di angkasa.

parangtritis, jelang ultah '88

LANGKAH

"  Aku kawulo lelananging nDonya
   munggah samudra mbukak lawang kencono
   ngudi kanugrahaning jawata mlebu kraton
   Giri Kumolo
   ambedah swarganing Dewi Pertimah
   lepasing panah tumiba ing lemah
   saka lemah anggegaru sawah
   Rohku manjing sajroning Rah
   Rah - Rah - Rah
   samudra kawah sukmaku tinadah
   jabang bayiku dumadi
   jabang bayiku cinandi
   dadi dadi saka kersaning Gusti Allah"

Dalam kelelapan suara mantra yang bening
tangan-tangan kecil menyeretku kedalam suasana asing
sambil meniupkan nafasnya ke wajahku
" Wahai lelaki perkasa yang mampu menjinakkan
  badai dan prahara, akulah buah keperkasaanmu
  muncul dari buih ciptaanmu saat pelangi turun
  dari ufuk senja menghirup nafas surga
  ku dambakan sebuah pelukan dari tanganmu yang dulu
  ku kenal begitu kokoh menghempas-hempas
  karang batuan"

Ach, ternyata aku belum siap menjadi lelaki yang mampu
mengkais-kais pasir mencari jingking dan sisa kerang
pupuk bagi tanamanku yang terlanjur tumbuh dari
Rahim Maria
Bunda perawan dimana cintaku tersimpan.

Dan ternyata aku belumlah lelaki
yang mampu memadamkan prahara
yang senantiasa menggelora membuncahkan pandang
kesadaranku.

Kesadaran pada hidup dan riak keseharian
membuatku terus bertanya tentang susuh angin
jantung ngaurip
          dimana letak ?
di pusat prahara ataukah atau dalam goa hening sapa
dimana segala kehangatan dan kesejukan berpusat
dimana segala tumbuhan runduk di hadapanNya
barangkali yha.

Dalam pengembaraanku yang berbekal hasrat sesekali
tersuruk mengikuti suara Durna yang aku kira
Guru Sejati
atau barangkali aku harus mengikut langkah Bhima serta tekad
tak sekeras baja langkahku senantiasa
mengikut suara gaib penuh pesona memanggil.

Akupun berendam dalam sendang sambil mendengarkan
nafas surga yang muncul dari mata airnya
sendang yang senantiasa membuatku dahaga
senantiasa membuatku ingin kembali
ke pangkuanNya.

Barangkali disini jiwa Maria bersemayan
tempat dimana rasa gaibku tersatukan lantas bersama-sama
menuju pangkuanNya
atau barangkali ini sebuah kurban bagi perjalananku
yang panjang dan melelahkan kerna kebosananku pada
langkah itu sendiri.

PRINT AD

Add caption ...