Rabu, 19 Mei 2010

NYANYI LUKA

Ku lihat gerimis di matamu
saat kau merenda kenangan
di beranda rumahku.

Matakupun berkabut
menorehkan jarum di sepanjang langkah
kepergianmu.

Jalan-jalanpun terasa asing
ada yang hilang di separo usiaku
barangkali luka ini terlampau manis
tuk dinikmati di usia senja.

Selamat malam adikku,
walau badan penuh luka kita senantiasa
mengelusnya seakan esok
bakal tampil purnama dari nyanyi luka.

Saat anak-anak tertidur dengan mimpi
kitapun asyik merajut sepi.

April 12, 2010

PERBATASAN

Diperbatasan itu, maut menantiku
dengan senyumnya yang ramah
menggelayut ujung-ujung rambutku
yang memutih ditelan waktu.

Masih sempat ku cumbu sepi
di sela lanhkahku yang kerap terhenti
mestinya ku letakkan semua
disini
benih tanaman janganlah jadi beban
kerna garis edar pasti terlewati
betapapun lamban waktu menyemuti.

Pada akhirnya aku harus kembali
menyusuri langkah
sendiri.

April 30 jelang dini 2010

PRINT AD

Add caption ...