Matahari yang engkau tanam di jemari
mengalirkan kerinduanku pada pasir
pantai diamku bergelora
menggapai-gapaikan tangan ke angkasa
meraih awan di cakrawala menyisakan buih
di tepian.
Ku kais-kaiskan kaki
barangkali ada sepotong awan tertinggal
di ujung buih yang terpantul, berkejaran
menghiasi sore-soreku di pasir
tepian.
Adikku,
biarkanlah yang masih bersisa mengisi celah
hari kita dalam kediaman langit
yang senantiasa biru
dalam tatap mata senjaku.
Inilah wujud kegagalan yang aku raih, kegagalan yang senantiasa akan aku ikuti dengan kegagalan berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar