Aku ketuk pintu pagi-pagi ketika jendela
belum membuka matanya
serumpun mawar berselimut embun di kelopaknya
"selamat pagi adikku, hujan fajar bakal menyambutmu
di pintu, tetes-tetes air membentuk kubangan
barangkali jalan akan menjadi licin
atau barangkali kita bisa bercermin
dengan wajah menggelombang".
Aku ketuk pintu pagi-pagi ketika kupu-kupu
belum mengepakkan sayapnya dan burung
belum menyelesaikan kicaunya
( engkau menggigil saat angin mengusapkan
jemarinya di wajahmu )
pelan-pelan aku menyelimutinya.
januari 11, 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar