Kamis, 14 Oktober 2010

FRAGMEN PAGI

Hujan tengah malam membawa dingin
tampias
di tritisan wajahku basah kerinduan
bayang lorong sepi ngadisuryan
tembok tegak bisu dindingnya
terpahat remajaku
kusam berdebu
disini
pertama benih ku tanam
sedap malam dalam pingitan
pecah tangisnya
menghilir ke lautan.

Tembang kian nglangut menyisir wuwungan
dan derai daunan ditiup angin selatan
membuatku terhempas di tebing karang
gigilku menggelombang kenangan
pada bibir-bibir pantai yang memagutku penuh gairah
pada buih ombak yang berkejaran di punggung kegelapan
membuncah keremajaanku yang gagal
mengendapkan tarian perang.

Awan kian mengambang tersaput mendung
ku tatap jalanan yang kian berkabut sisa badai semalaman
aku harus melangkah berpantang untuk menyerah
aku harus jadi lelaki dimatamu dan disikapku
tlah ku tebar benih di ladangmu tak kan ku tinggalkan
walau kita tak tahu apa terbentang di depan.

Sinar mentari yang menembus sela daunan
terpantul di wajahmu yang menggantung senyuman
tak terlihat kegelisahan di matamu
walau embun sedikit mengembang.
Aku terhenyak ketika tangan mungilmu
memelukku dengan kecupan sambil mengalungkan
masa depanmu dalam dekapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...