Rabu, 14 Oktober 2009

MALAM
(sepi perbincangan)

DI PINTU PEKUBURAN KU LIHAT TUBUHKU RENTA
BERKUTAT DENGAN MAUT, BEREBUT USIA

Suara-suara dalam gelap mengibarkan tirai putih
bergumpal lalu sinar turun
menyambut kedatanganku.
" Engkau sendiri disini menunggu keajaiban,
menghabiskannya kemarin dalam kitab engkau
menginjak dengan mulut menularkan sengsara
kerna lupa sampai dimana kekuatan kata".
Aku terduduk melihat pemberontakan, ruhku putih
segumpal kapas menyelimuti jasad.
" Lihat, betapa kecil ia Sang Aku Guru Sejati
betapa kecil ia jagad di pangkunya
rumah yang kau huni jalan yang kau lewati
warna berbaur dalam diri. Ku bawa Engkau
Rahsa jati tahta Tri Purusa".
Aku terduduk merenungi cermin yang kemarin
dalam hening dalam heneng ku masuki jejantung
ngaurip jejantung kalbu.
" Ku buka kesadaran kerna engkau
menggenggam kepercayaan menyimpan kesetiaan
kerna engkau berbekal keyakinan maka kau
pasrah di kaki-kakiKU
Engkau telah menerima hidup sebagai kasunyatan
dan penderitaan sebagai jalan
benar yang engkau tempuh
memilih hidup menderita atau menderita
penderitaan sebagai penderitaan atau
penderitaan sebagai ujud pencapaian
Tolehlah dirimu".
Suara dalam gelap menyibak tirai lalu sinar
menuntunku. Menghapus bayang-bayang.

DI PINTU PEKUBURAN KU LIHAT TUBUHKU RENTA
TERSENYUM MELEPAS KEPERGIAN. ALAM LANGGENG.

INNA LILLAHI WA INNA ILLAHI ROJIUN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...