Rabu, 14 Oktober 2009

PRELUDA

Tatkala sebuah kumpulan sajak telah dinyatakan "rampung" maka preluda terhadapnya menjadi lebih layak dianggap sebagai "angin lalu" ketimbang sebagai "penunjuk jalan"
Sebuah kumpulan sajak paling tidak akan berbicara tentang penyairnya, lengkap dengan latar belakang kehidupan dan eksistensi kepenyairannya, dan tentunya juga akan mencuatkan sekian macam problema kehidupan kepada pembacanya.
Atau paling tidak , sebagai pembaca sajak yang baik kita mengharapkan dapat memperoleh semacam "wisdom" seusai menikmatinya. Itu wajar dan "sah" sekali.
Demikianlah, PENGEMBARAAN Cho Chro Tri Laksono tentunya telah "rampung", sebab telah hadir di tengah-tengah kita.
Darimula, tentunya ia berusaha mengibarkan bendera-bendera problema hidup dan kehidupan, tentang ia dan dirinya, tentang ia dan alamnya, tentang ia dan sesamanya, dan tentang ia dan Ianya.
Tapi dapatkah ia membukakan daun pintu sebuah kamar yang penuh rahasia, menuntun kita masuk dalam situasi yang meditatif, samadi, dst. dst. dalam dunia yang kita kenal sebagai dunia kata ? Marilah kita nikmati bersama, kita kunyah bersama PENGEMBARAAN ini.
Kalaulah kita akhirnya mengatakan ia belum berhasil membangun Dunia itu, barangkali itulah sukses yang tertunda. Akan tetapi jika kita bilang ia telah berhasil, ia barulah masuk dalam terminal pertama. Dan kita layak pula beresan jangan keburu bangga. Sekian ratus terminal masih menunggu dilampaui. Dan Sang Waktu yang akan senantiasa menguntit dan mengujinya, dan mungkin atau bahkan menjegalnya.
Begitu ?

Yogyakarta, Awal September 1982
Salam

Suminto. A Sayuti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...