Rabu, 14 Oktober 2009

PENYALIBAN

I


Ternyata aku selama ini keliru menatapMU
sesosok senyum di kayu penyaliban dengan darah
mengalirkan ketulusan
                          cinta kasih
                                    sampai kemana ?
ada rasa nyeri tersimpan luka, di lambung
penderitaan
         tombak dendam
        duri mahkota
( Engkau tak juga rela melepas kepergian )

Ada sedikit rasa sesal meluncur dari sudut
bibirmu yang penuh oleh senyum
kerna usia terlampau cepat terenggutkan
sementara tanaman belum selesai tumbuh, dan akar
belum kuat mencengkeram tanah.

Engkau keburu pergi, dan
Aku harus mencari.


II
Pintu-pintu kotamu tlah sepi dari pesta hari
ketiga kepergianMU menyempurnakan cinta
benih-benih tlah tumbuh dan mata
tlah terbuka menyambut derita.

Jalanan yang pernah kau lewati, orang-orang
berbaris sambil mengumandangkan lagu
Damai di Bumi
         Damai di Hati
                  Kasih meliput sanubari
berkumandang ke seluruh pelosok negeri.

Mereka berarak berkeliling mewartakan
pekabaran tanah terjanji
Kristus meminum darah
                      kesucian
                              memakan tubuh
                                        kedamaian
                                                meniti jalan
                                                         keselamatan
                               : Tombak darah mahkota duri
                                      kuda duniawi dihapusnya
                                                di kayu penyaliban
                                                                         .

Orang-orang mulai ramai menyalibkan cinta
di pintu-pintu mereka.

1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...