Jumat, 18 Desember 2009

ALTAR CEMARA

Ada berapa entah tercecer di jalanan
tak kuasa aku pungut senantiasa ada
dalam pelukan
O, andai dapat kurapatkan impian dan kenyataan
barangkali kenangan bukan sekedar sulaman
yang tiap detaknya menggoreskan luka
bait-bait puisi bakal mengepakkan sayap
melewati ambang fajar menguapkan embun di daunan
selangkah lewat kita biarkan tanpa makna
( kita saling bersitahan dalam kedinginan malam )
cemara natal menderaikan daun-daun sepanjang jalan
aku tak kuasa menjumputnya, juga kau
tangan-tangan sutera
entah apa sedang kau lukiskan dengan untai melati
yang tiap saat kita tebar pujapuji
entah berapa darah menyimbahi latar suci
yang tiap saat kita basahi dengan berahi
buah adam kita makan sambil menyembunyikan tangan
O,
betapa kita bisa bernyanyi di kebun hawa
tanpa lukaduka menggores wajah kita.

Derai-derai cemara telah kita lewati
seperti mengecup altar suci sambil onani
(kita masih berdiri tegak, terasa enggan turun dari taman ).

desember 5, 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...