Kamis, 15 Oktober 2009

DALAM DIAM

Mungkin engkaulah yang meniupkan angin santer
ketika diam-diam ku injak sabdaMu
di penghujung jalan.

Aku berjalan sendiri kini
diatas kegelisahan yang tiada berkiblat
delapan penjuru angin telenging samudra
dimana Bima menemu dirinya
         dimana Bima menemu hidupnya
                          aku mencari
                aku mencari
dalam kegelisahan yang makin mengendap
dalam detak Sang Waktu tak susut garis edarnya
dalam diam
         dalam tafakur
                dalam Dzikir
                        dalam doa
                                dalam sembahyangku
                                      kepada siapa
Bagaimana harus ku sebut dalam sujudku agar
Engkau senantiasa hadir menjamu langkahku.

Ku masuki longkangan tujuh hari tujuh malam
mati-ragaku tak menampakmu
                        hanya kegelapan
           hanya kegelapan
dalam diam.

Malam ketiga dari purnama ku dengar langkah
menapaki dinding waktu dinding telingaku
pelupuk mata detak nadiku menjelma jadi langkah
gema lima benua tujuh samudra langit dan jagad raya
akupun kebingungan
ketika langkahMu semakin jelas terdengar menjelma
jejak purba
Aku sesambat
suaraku yang nggrantes menjelma mantra memanjati
dinding cakrawala.

Mungkin engkaulah yang meniupkan angin santer
ketika diam-diam ku injak sabdaMu di ujung
gelisahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...