Kamis, 15 Oktober 2009

KIDUNG

Betapa alit tanganku menggelitik sabdaMu
yang terucap ketika aku merajut sepi
lewat nyanyiku yang ngungun menapaki waktu
menapaki pintu menapaki jejakmu yang menebar
segenap penjuru.

Nyanyi-nyanyi berubah jadi kidung
kidung-kekidungan berubah jadi lolong
lolong-melolong berubah jadi jerit, pekik
rintih
suaraku serak menyebuti namaMu.

Ketika lonceng gereja meninggalkan gemanya
lagu itu senantiasa ku ulang
dengan suara lirih takut terdengar telingaku
lagu itu senantiasa ku ulang
dari bait ke bait
       kalimat ke kalimat
               kata demi kata
                     ku eja
                   T u h a n
jejakmu meraja ke segenap pelupuk mata
Engkau dimana ?
ku bisikkan jua ke hati waktu
kerna mantra tak lagi terdengar
              tak lagi berkabar
sementara sabdaMu yang pernah aku terima
kian jauh dari cakrawala.

Rindu itu masih juga bersisa
ketika ku singgahi nisanMu yang kedua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...