Kamis, 15 Oktober 2009

MASUKLAH, DINGIN DI LUAR

Lihatlah,
nadiku mengerdip perlahan menyapamu
sejuta malam sejuta siang, engkau
senantiasa muncul melintas waktu
kesunyianku.

Sapalah,
pada injakan pertama bumiku bergetar
seperti melawat seorang sahabat yang hilang
dalam perjalanan panjang menuju
peristirahatan.

Masuklah,
tlah kubuka pintu sebelum kau sempat mengetuk
kepastian.

Minumlah,
ini darah perjanjian yang lama
hasil tanaman kita
segar
tersentuh sapa.

Makanlah,
ini roti sisa perjamuan kemarin
kamar pengakuan kudus
oleh kata.

Masuklah,
dingin di luara
: Pagi mengusap wajahnya.

1985

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...