Kamis, 15 Oktober 2009

JALAN SALIB

PERSIAPAN
( getsemani )

Ternyata engkau masih juga sangsi dengan kesetiaanku
tentang derita yang bakal menimpa kita, atau
mungkin engkau sekedar meyakinkan dirimu agar darah
di lambungmu sampai juga ke tubuhku kurus berkeringat
salib di pundak.
Kini kita saling berhadapan, saling bertatapan
dengan paku menancap di tangan.


PERHENTIAN PERTAMA
( pilatus )

Engkau memanggul beban dombadomba, bebanku juga
bukan kerna gelisahku engkau menanggungkan sengsara
bukan kerna kedurhakaanku yang memenjarakan cinta
aku hanyalah sarana
yang bakal menggenapkan janji tentang Sabda
tentang Taurat dan mulut Nabi
aku hanyalah utusan
yang bakal membuktikan keberadaan manusia senyawa
Allah Putra
jangan sesali waktu yang bakal merenggutmu, keluhmu
noda bagi pengabdianmu.
Menggenapkan janji, biarkan semuanya terjadi.


PERHENTIAN KE DUA
( salib membentang di golgota )

Betapa berat menjadi pelayan bagi diri dan orang lain
bagai kau layani aku dengan tangan bentang lautan
lantaran kasihmu membuahkan gelisah, engkau
ku tanam di bukit sepi agar kematianmu
membuahkan kasih di hatiku.


PERHENTIAN KE TIGA
( salib tanggal di kaki )

Ada palagan di hatiku, koyak-moyak
salibsalib tanggal di kaki
kurus tiada berakar
kemanusiaanmu
menumbuhkan luka di lambungmu.


PERHENTIAN KE EMPAT
( bunda penawar luka )

Bagaimanapun juga kehadiranmu penawar luka
rasa trenyuh menghilirkan dahaga, Airmata
tersaput wajah Bunda
Bagaimanapun juga aku buah kasihnya
yang dikandung dalam cinta dan derita
dipisahkan  dalam cinta dan derita
ketika kau jumpai aku dalam derita di atas salib
engkau gagal menyembunyikan cerita
di atas tubuhmu kau tegakkan salib menyangga
tubuhku luka
: Bagaimanapun juga kita buah dan tanaman.


PERHENTIAN KE LIMA
( simon dan sirena )

Ku jabat tanganmu berdarah di penyaliban
di lambungmu luka tak ku temukan denyut Tuhan
kerna tangan kita samasama terpaku jadilah kita
kutu bagi gelisah orang-orang.


PERHENTIAN KE ENAM
( veronika )

Kerna cinta adalah kasih belas tak butuh balas
maka ku cium darah di lukamu
    ku cabut duri di kepalamu menetes
    darah di lambung mulutku
: Pucat oleh nafsu.


PERHENTIAN KE TUJUH
( engkau jatuh kali yang kedua )

Sebagai dua orang sahabat kita saling menjaga
berjalan bergandengan sambil berbincang gurau
tawa membuat kita lupa lantas luka
: Engkau jatuh untuk kali yang kedua


PERHENTIAN KE DELAPAN
( tangis perempuan di pinggir jalan )

Jangan lanjutkan tangan kau ulurkan kerna tangis hanyalah
persinggahan sejenak bagi duka
kemanjaan mengalir tak kuasa membendung luka, biarkan
tangis mengalir memenuhi jalanan
menghilirkan penyesalan ke pelabuhan.


PERHENTIAN KE SEMBILAN
( jatuh kali yang ke tiga )

Ketidakpuasan mengantarkanku pergi ngembara
memasuki jalan-jalan asing dalam darah
ku mengurai makna
sumber suara.


PERHENTIAN KE SEPULUH
( berdiri telanjang )

Ku cinta orang lain bagai cintaku padamu juga diriku
ku hormati orang lain bagai hormatku padamu padaku juga
ku serahkan tubuhku luka dan berdarah kepadamu.
Terimalah.


PERHENTIAN KE SEBELAS
( salib )

Ku wakili tangan orang lain lewat tanganku memakumu
kerna kepergianmu menumbuhkan kesadaran baru bagiku
betapa aku membutuhkan dirimu untuk menuntunku.


PERHENTIAN KE DUA BELAS
( kematian di kayu salib )

Ketika ku masukkan tombak ke lambungmu putih
orang-arang berebut menadahkan tangan di salibmu
mengapa menangis (?) melarutkan kesedihan
kepergianmu memenuhi panggilan Bapa di surga
kematianmu adalah kebangkitan hati kami
kebangkitan tangan yang membutuhkan uluran.


PERHENTIAN KE TIGA BELAS
( kesaksian )

Engkau kembali menjelma dalam sabda
terdengar di tiap hati manusia.



PERHENTIAN KE EMPAT BELAS

Dalam tidur yang jaga bisikmu senantiasa
    " Di hatimu aku menjelma "


PENUTUP
( hikmah )

Engkau menempuh jalan sengsara mewujudkan cinta
kasih senantiasa diikuti pengorbanan tubuhmu
terpaku di penyaliban
Engkau mengalahkan tubuhmu untuk menangkan sabdaNya
kematianmu awal kehidupan kesadaran kami
pengorbananmu menumbuhkan keberanian bagi kami.

1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINT AD

Add caption ...