PERCAKAPAN
Ada lintas keengganan di ruang tamu, sambil menyantap duka
di balik terali. Demi perlambang, kau selesaikan sebait
melati di halaman
( pintu duka mengurung, matamu basah kabut )
" Betapa berat menyandang hidup dalam kehidupan" ucapmu
" pasrahlah, kita sekedar titah" sahutku sambil menganyam angan
" jangan sesalkan Adam memakan rusuknya, sesalkan diri kita
yang mengeluh menerima nikmatnya"
Terdiam engkau menatap cakrawala merah, senja lembut
menidurkan mentari nakal dalam pelukan jagad.
Tertegun engkau memasuki pintu berdinding kaca perlambang
kehadiran Adam baru.
" kita hanyalah seonggok daging yang dipadati nafsu dan
merah diwarnai darah, berkacalah"
" kita selalu luput dari pertimbangan" gumammu pelan.
Tertunduk engkau mengusap keharuan, sehabis bermandi sepi
di alam sunya.
" disini bumi lahir berakhir, pertama Adam menyantap
rusuknya dibawah anggerangger menyembunyikan gelisah"
" yang kita kenyam hanyalah sisa Adam hari kemarin kita,
yang bakal kita selesaikan di sisa usia"
Tersedu engkau bersimpuh di kaki Ruh
kaki keheningan.
Ada lintas keengganan di ruang tamu, sambil menyantap duka
di balik terali. Demi perlambang, kau selesaikan sebait
melati di halaman
( pintu duka mengurung, matamu basah kabut )
" Betapa berat menyandang hidup dalam kehidupan" ucapmu
" pasrahlah, kita sekedar titah" sahutku sambil menganyam angan
" jangan sesalkan Adam memakan rusuknya, sesalkan diri kita
yang mengeluh menerima nikmatnya"
Terdiam engkau menatap cakrawala merah, senja lembut
menidurkan mentari nakal dalam pelukan jagad.
Tertegun engkau memasuki pintu berdinding kaca perlambang
kehadiran Adam baru.
" kita hanyalah seonggok daging yang dipadati nafsu dan
merah diwarnai darah, berkacalah"
" kita selalu luput dari pertimbangan" gumammu pelan.
Tertunduk engkau mengusap keharuan, sehabis bermandi sepi
di alam sunya.
" disini bumi lahir berakhir, pertama Adam menyantap
rusuknya dibawah anggerangger menyembunyikan gelisah"
" yang kita kenyam hanyalah sisa Adam hari kemarin kita,
yang bakal kita selesaikan di sisa usia"
Tersedu engkau bersimpuh di kaki Ruh
kaki keheningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar